slowing down

09.00 nia 0 Comments

i read randomly and jumpy. and a little bit influenced by mood. err.. a little bit much.

just getting near at the end of Partikel by Dewi Lestari and put my hardest effort to finnish Love, Stargirl, Gabriel's Inferno and some other readings.

but i think, when Inheritance arrive (which is tomorrow or the day after, i guess) then i would put aside the old readings and begin to read the last novel of the Inheritance cycle.

i always have a thing with Eragon from the first time reading the cycle. perhaps it's because i got a crush with the author. *wink*

wish me luck, then.

0 komentar:

i wish i had more than 24hrs a day

09.31 nia 0 Comments

" So many Books, so Little time. " –Frank Zappa

from goodreads.com




from goodreads.com



















and many more.. (nyombong sekaligus keki)

0 komentar:

a very yuppy wedding

09.54 nia 1 Comments



Finally, the first novel yang saya baca paling akhir dari keseluruhan karya Ika Natassa.
Novel inilah yang bikin Ika Natassa dapet tempat di Khatulistiwa Literary Awards sebagai salah satu newcomer muda berbakat.

Novel ini sempat teronggok cukup lama di bookshelf tanpa saya sentuh. Dia kalah pamor dengan Hunger Games Trilogy. Saya ingat baru baca sekitar dua lembar sebelum put this book aside awhile.

Bercerita tentang bankir muda, cantik, smart dan melek fashion, Andrea, yang of course punya pacar cakep dengan 5 o’clock shadownya yang bikin melting itu. Too bad, si pacar, Adjie, bankir juga, sekantor dengannya pula. Padahal ada aturan di dalam kantornya bahwa sesama pegawai dilarang memiliki relationship yang berbau-bau romansa, apalagi sampai terikat pernikahan.

Ternyata, hubungan Andrea dan Adjie ini berjalan jauh lebih serius dari yang awalnya diperkirakan karena suatu hari, Adjie melamar Andrea jadi istrinya. Dan dari sinilah twisted life of Andrea Siregar dimulai. Sejak masalah pegawai baru yang cantik yang nempel-nempel melulu sama si Adjie, ke-gep sama atasan sampai masalah dengan mantan pacar Andrea yang tiba-tiba muncul.

This novel reminds me of things that my friend said. Bahwa menjelang pernikahan, godaan dalam sebuah hubungan akan muncul makin bertubi-tubi. Yang mana itu bakal menguji sejauh mana hubungan itu bakal bertahan. Kalau survive sampai menikah itu berarti titik awal pondasi dalam rumah tangga nantinya.

*sigh*
Well, don’t ask me.. never experience it. Yet.
Iya, saya belum menikah dan belum pernah terlibat dengan sebuah hubungan seserius itu. *curcol*

Ada hal yang terlalu cheesy yang saya rasa dari novel ini. Entah bagian kepopuleran dua karakter utamanya yang terlalu semena-mena, atau pertengkaran mereka yang kadang bikin saya mendesah capek. Because in my opinion, buat sebuah hubungan dengan komitmen serekat itu, isu-isu macam pegawai-muda-baru-yang-cantik-dan-deket-sama-calon-laki-gue-itu bisa diredam dalam konversasi dan nggak berakibat useless fight yang akhirnya bikin dahi saya berkerut heran. Was that fight worth it. I mean was that issue was worth to argue about?

Yah, walaupun begitu, saya cukup menikmati, kok, novel ini. Buktinya, sekali dilanjutkan setelah sekian lama teronggok, saya bisa mengakhirinya dalam sekali lahap. Walaupun agak puyeng juga disuguhkan dengan istilah-istilah perbankan yang cukup bikin sakit mata. 

Still, my favorite is Antologi Rasa and Divortiare.
So, 2 out of 5 stars? :)
   
picture from here

1 komentar:

rumah cokelat

06.47 nia 0 Comments



Buat yang kangen sama tulisannya Sitta Karina, seperti saya, pasti sudah menunggu sekali novel ini diterbitkan. I have been in love with her stories, the hanafiahs especially, dan sudah baca hampir seluruh novelnya. She’s awesome.

That’s why saat mendengar novel ini jadi best seller, saya nggak heran. But, saat itu dideklarasikan, saya belum sempat baca. Saya baru membaca novel ini beberapa hari yang lalu. And i read this in one shot. Maksudnya, dalam sekali lahap, novel ini sudah tamat, begitu.

Karena memang ini novel ringan. Dengan tema keluarga yang simpel namun mengcover kompleksitas peran ibu bekerja dalam sebuah rumah tangga.

Tentang isu-isu yang umum dalam sebuah keluarga urban seorang Hannah dan Wigra. Masalah pengasuh anak, metode pengasuhan anak, pembagian waktu antara bekerja dan being a mom issue, dan si anak, Razsya, yang beberapa kali membuat statement lebih betah dengan si pengasuh dibanding Hannah, ibunya. Insecurities dalam keluarga muda di tengah lingkungan urban yang kadang menyesakkan.

Iya, khas Sitta Karina, dengan tokoh-tokoh berkarakter yang kadang bikin kita wondering, ada nggak sih sosok seperti itu dalam kehidupan nyata. Wigra yang bijak luar biasa, dan bikin lumer hati pembaca. Oh, my.

But, this one isn’t my favorite. Ada scene-scene yang jumpy yang bikin ‘nah lho’ moment di tengah cerita. Seolah-olah cerita ini dipaksa untuk compact, padahal masih perlu elaborasi cerita, yang mungkin bikin novel ini makin kaya.

Overall, 2.5 out of 5 deh..

pic from goodreads

0 komentar:

downgrading

06.37 nia 0 Comments

well, i decided to cut my reading target in 2012 so it become 30 books in a year.

works and lazy days.

unbearable moods.

so, 30.

:)

0 komentar:

twivortiare

10.38 nia 0 Comments


Is there any correlation between this novel and the first post that i wrote in this blog?
Yup, ini kelanjutannya. Sekuel dari the enjoyable Divortiare.

Here we go, meet again with Alex and Beno Wicaksono, yang kali ini sudah kembali rujuk dan menikah lagi setelah sempat bercerai dua setengah tahun. Dan buat yang sudah baca Divortiare pasti berkomentar “Thank, God, finally! Akhirnya dua bocah itu pakai akal sehat mereka..”

Hee.. iya lah siapa yang nggak gemes mendapati akhir Divortiare yang gantung dan bikin kita wondering, rujuk? Nggak? Rujuk? Nggak?

Terbentuk dari kumpulan tweets dari Alexandra Wicaksono, yang awalnya iseng dibikin sama si penulis Ika Natassa, menceritakan tentang keseharian Alex dan kehidupannya yang baru dengan Beno.

Walau nggak dibeberkan secara runut awal mula sejak momen pertemuan mereka di lift Rumah Sakit tempat Beno kerja (di akhir Divortiare) hingga akhirnya mereka rujuk, tapi inti cerita penyatuan kembali itu sangat amat tercerna lewat kilasan-kilasan ingatan dalam postingan tweets itu. Dari frekuensi makan nasi goreng jalan Sabang bareng yang makin sering, lalu Beno yang ternyata sudah minta izin orang tua Alex sebelum ‘nembak’ alex lagi. Dan dalam novel kedua ini, tergambar kalau masing-masing bisa lebih dewasa dalam menjalani kehidupan pernikahan. Walau di sela-sela masih ada berantem-berantem, Alex masih benci kalau Beno dapet on-call tengah malem, atau si Beno juga benci Alex kerap lembur di kantor dan jadi target pedekate nasabah genit –but, so far, they fought hard just to make their marriage works this second time. Though the adjustment part was hard, tapi kesadaran nggak bisa hidup tanpa satu sama lain bikin perjuangan itu worth it. Alex nggak mau kehilangan Beno untuk yang kedua kali, begitu juga Beno sama Alex.

Novel ini bikin saya keki berpikir tentang pernikahan. Bener deh. Tentang will i find the right one seperti Alex menemukan Beno? Or, will i fight with the same strength for my partner just like Alex’s for Beno?

Dan yang paling saya suka dari novel ini adalah quotes-quotesnya. Nendang dan jleb jleb banget. Walaupun hampir sebagian besar ditulis dalam bahasa Inggris, tapi nggak begitu kesulitan kok mencerna maksudnya.

4 stars out of 5 deh, ya..  

The Quotes :

“I think we like to complicate things when it is really quite simple, find what it is that makes you happy and who it is that makes you happy and you’re set. Promise.”
There will never be anyone whom we can call a perfect match. Everybody’s different, and in dealing with differences, egos play huge part.
People are human. Not some machine we can control.
The trick of staying sane is to make between today and tomorrow meaningful.
Sometimes the greatest moment of your life present itself in the form of just a nearness to someone you love.
When you’re single, you only have yourself to answer to.
@nerudalove i have not left you when you go away | think no more, my sweet, about the anguish that went on between us like a bolt of phosphorus leaving us perhaps it’s burning | i found you after the storm, the rain washed the air and the water your sweet feet gleamed like fishes.
It’s impossible for us to find a perfect spouse if we model him/her towardd someone or toward our own sets of criteria.
But we can try to find someone that just works. That when you and that someone are together you both just work.
Despite all the hiccups and each other’s shortcomings and imperfections and flaws.
So you know why you get the impression from my tweets that he is somewhat perfect? Because to me, he just work.
You should love someone inspite of, not because of.
I just realize this. When you’re married, you start to feel for two people –you and your spouse.
Once you coexist with someone, even just his nearness matters.
Beno to me is like security blanket to a little kid. The world is full of scary monsters without him.
I always believe that if someone really loves you, they will do things to show that they care even when you’re not looking.
When you’ve been with someone long enough, you’ve developed this habit of how you react to each other even when you’re not saying a word.
We’re both each other’s reason to come home. That’s all that matters.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tidak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Sapardi Djoko Darmono.

0 komentar:

hunger games

22.17 nia 0 Comments



Dorongan kuat untuk membaca novel ini sebenarnya datang dari cuplikan teaser film layar lebar dengan judul sama yang tak sengaja saya tonton di bioskop. I almost forgot this novel actually, tapi melihat teaser filmnya yang terlihat seru bikin saya mikir, ‘hey, nggak rugi baca novelnya dulu kali, ya, apalagi filmnya baru tayang maret..’. cuplikan teaser itu saya lihat aw
al februari.


And i bought and read the novel. And it took forever to finish it.


Di tengah gempita komentar betapa serunya novel satu ini di berbagai grup pembaca, unfortunately, setelah membaca ini i feel that flatness. (sorry kalau kata itu nggak eksis) mungkin karena saya membaca versi terjemahan bahasa indonesia kali, ya, jadi tidak merasakan ‘feel’nya kalau kata orang mah. Bukan bermaksud mengecilkan kerja keras penterjemah dan editor alih bahasa novel ini karena memang nggak ada masalah dengan isi dan bahasa terjemahan yang saya baca tapi really novel ini bikin saya sakit perut gemas.


Terpusat pada seorang Katniss, seorang anak dari distrik 12, dan Peeta, juga distrik yang sama, yang mengikuti sebuah survival games bernama Hunger Games. Jadi alkisah, wilayah Amerika utara sudah lama nggak eksis dan terganti jadi 13 distrik yang terpisah. Dengan Capitol yang memegang tampuk pemerintahan. Semua distrik tunduk sama si Capitol ini. Kecuali distrik 13, yang akhirnya dihancurkan dan penduduknya sebagian besar tewas di tangan Capitol, sebagian lagi disebar hidup di 12 distrik yang lain. Singkatnya si distrik 13 ini lenyap, begitu.


Untuk mencegah ada distrik yang bertingkah seperti distrik 13, si Capitol ini mencetuskan sebuah games yang bernama Hunger Games. Dimana 24 remaja, 2 dari masing-masing distrik, seorang laki-laki dan perempuan—akan dikirim untuk mengikuti games ini. Peraturan games ini mudah, siapa yang survive hingga akhir permainan dialah yang menang. Dan untuk bisa survive, sang pemenang mau tidak mau harus membunuh yang lain. Catet, ya, membunuh, atau dia nanti yang terbunuh. Remaja, dari usia 12 sampai 19 tahun, harus bertahan hidup di tengah medan yang asing dan saling membunuh.


Sebenarnya pada saat pemilihan peserta, si Katniss ini nggak terpilih. Nama yang terambil itu sebenarnya nama Prim, si adik, yang baru berusia 12 tahun. Karena nggak rela adik sekecil itu harus ikut games mematikan, Katniss mengajukan diri untuk menggantikan. Rekan laki-laki dari sesama distrik yang terpilih adalah Peeta (weird name for a boy’s name, no offense), anak tukang roti di distrik 12, yang sebenarnya naksir Katniss sejak lama. Betul, ini benih-benih bumbu cinta di novel Hunger Games, yay! (dengan nada datar)


Ini novel dengan ide yang segar sebenarnya, lepas dari banyak banget novel bergenre fantasi non-manusia (vampire and werewolf thingy) yang sedang banyak beredar sekarang. Plotnya mengalir full action and strategy. Ya iyalah, untuk survival games seperti ini, kalau kamu nggak cerdik, you wouldn’t survive for life.
Dengan bumbu romansa antara Peeta dan Katniss yang lumayan bikin novel ini rada manis, sebenarnya nggak heran juga banyak orang jatuh hati pada novel ini. But the idea of 12-year-old incidentally killed or be killed, that the one thing which makes my stomache aching.


Yap, that was Rue. Bocah sekecil itu, yang usianya setara sama adik Katniss, Prim, yang malangnya harus ikut serta dalam Hunger Games. Nggak kebayang emak-bapak si Rue ini gimana sintingnya waktu akhirnya nama Rue terambil dan finally she stabbed to death by one of the contestants. For God’s sake, bocah seumur itu kan baru pada lulus SD.. ckckck.


So, lepas dari plot dan premis yang menawan, saya terpaksa harus bilang this novel was just ok.
Though, penilaian ini nggak mengurangi keinginan saya buat nonton filmnya, hehe. Juga mempertimbangkan untuk membaca lanjutan dari Hunger Games, Catching Fire. Semoga sekuelnya nggak membuat saya mengalami flatness lagi. :)


Two of Five.

0 komentar:

believe

20.12 nia 0 Comments


Nama unik dari author cantik yang juga sudah menelurkan dua novel yang cantik. :)
I firstly fell in love with her name and her first published novel’s paperback synopsis. Saya jatuh hati pada William Hakim dan laku pertemanannya dengan Karla.  Bahwa ada afeksi tersamar di balik tiap gestur dan ketidakpedulian yang Will perlihatkan. Maybe it was in the way bestfriend to something more stuff that i love about at her first novel. You know, i had a thing with that theme. Hehe.

Then, couple weeks ago, Morra kembali dengan novel keduanya. Kali ini bertitel Believe. Masih dengan tema cinta. Masih dengan kedalaman yang terbias di tiap kalimatnya.
Bercerita tentang hubungan Langit dan Layla.

Tentang cinta mereka yang harus terhalang jarak untuk sementara waktu. Dan keraguan yang kerap datang atas ketahanan hubungan itu. Keraguan yang beralasan melihat sejarah masa lalu dan ketiadaan restu. Tentang perjuangan Layla mendapatkan 40 amin demi cintanya pada Langit.

Masih dengan bahasa dalam yang sama.Dan gaya bercerita yang bikin saya anteng membaca, Morra membuai saya dengan romansa sendu yang kerap menyayat hati. Ada rasa yang palpable di tiap baris kalimatnya. Aneh, bikin saya ikut merasakan perjuangan Layla.

Though, ada yang bikin saya sedikit terganggu saat membaca ini. Iya, tentang relationship yang terjalin antara laki-laki dan perempuan dalam komunitas islam yang kuat. Sepengetahuan saya yang terbatas ini, gestur terbuka seperti itu jarang diperlihatkan. But who knows ya, mungkin kalau fiksi adalah sekelumit rajutan dari realita, Penggalan gambaran hubungan itu mungkin memang ada.

Overall saya menyukai novel ini. Though, saya lebih suka pada Forgiven. Karena dalam Forgiven, saya mampu menyelami progress hubungan Karla dan Will. Sekali lagi, i always had a thing with bestfriend turn into love stuff. Hehe.

So, i think i’ll rate this novel 3.5 of five. Untuk ilustrasi cantik yang menghiasi halaman awal tiap bab. Untuk rasa yang terpalpasi dalam kalimat-kalimat Langit dan Layla. Untuk bahasa yang walaupun nggak ngepop sama sekali tapi nggak membosankan untuk dibaca, malah justru indah. Oh, dan untuk tanda tangan dari author cantik yang bisa saya banggakan tiap membuka cover novel ini. Thanks for telling me to believe. So, i will, Kak Morra.

Here is my favorite lines in the novel :

“I know. And you know what...,” bisiknya kemudian, “I think this is a good rain.”
“What defines a good rain?”
Jawabnya, “It is good when it rains and i’m with you.”

0 komentar:

divortiare

04.14 nia 2 Comments



This is the first book that i successfully finished reading in the beginning of 2012. Which means, saya berhasil menyelesaikan satu dari target 50 bacaan dalam Reading Challenge 2012.

Ini novel kedua Ika Natassa yang saya baca setelah Antologi Rasa. walaupun novel ini sebenernya nongol lebih dulu, sih. I picked this book karena most reviews showed that this book was good.

Lagipula saya udah tahu kapasitas Ika Natassa sebagai penulis yang oke di Antologi Rasa. But my expectation nggak jauh dari novel itu. And in my opinion Antologi Rasa was beyond good, so this one juga lah kayaknya. Hee.. that was my assumption before i begin to read Divortiare.

Here’s the paperback synopsis :
Commitment is a funny thing you know? It,s almost like getting a tattoo. You think and you think and you think before you get one. And once you get one it sticks to you hard and deep.
“Jadi lebih milih punya Furla baru daripada ngilangin nama mantan laki lo dari dada lo?”
Pernah nonton Red Dragon? Aku masih ingat satu adegan saat Hannibal Lecter yang diperankan Anthony Hopkins melihat luka peluru di dada detektif Will Graham (Edward Norton), dan berkata “Our scar has a way to remind us that the past is real.”
Tapi kemudian mungkin kita tiba di satu titik ketika yang ada hanya kepedihan luar biasa ketika melihat tato itu, and all you wanna do is get rid of it. So then you did.
Alexandra, 27 tahun, workaholic banker penikmat hidup yang harusnya punya masa depan cerah. Harusnya. Sampai ia bercerai dan merasa dirinya damaged good. Percaya bahwa kita hanya bisa disakiti oleh orang yang kita cintai, jadi membenci selalu jadi pilihan yang benar.
Little did she know that fate has a way of changing just when she doesn’t want it to.
And i love this book. Not that saya kebawa-bawa itu novel Ika Natassa jadi everything that she wrote saya cap dengan kata love. Saya beneran suka banget sama novel ini. And i think this one is a way better than Antologi Rasa.

I’m gonna put this one on my favorite readings list.

Bukan karena karakter utama dalam novel ini adalah seseorang dengan embel-embel bedah di belakang namanya. Which reminds me a little –a lot, ding, sama seseorang yang sedang mengejar titel yang sama. Ehem. Really, itu salah satunya hehe.. tapi bukan itu.

I love this one karena saat membaca dan kita ditempatkan dalam sudut pandang Alex, si banker divorcee, saya tenggelam dalam kegalauan dia, kadang naifnya dia, begonya dia, kesalnya dia, no clue-nya dia soal perasaan dia. Itu asyik saat kamu baca buku sambil ngebayangin you’re the one that tells all those stories. That said all those lines. Walaupun cuma berasanya doang. But that feeling’s nice.

Yang paling saya suka karena di beberapa bagian, novel ini got me thinking about everything. Ada deretan quotes yang ngena banget. You know jenis kata-kata yang sebenernya kita nyadar ada di pikiran kita tapi baru nendangnya saat terpampang dalam lembaran-lembaran kisah yang kita baca. It’s like having ‘momen penyadaran’, like heyy there’s someone out there having those feelings too.
glance these ones :
Selalu ada lebih dari satu kehidupan yang bisa kita miliki sampai kita menutup mata untuk selamanya. Kehidupan keluarga, kehidupan karier, kehidupan cinta, kehidupan persahabatan, to name a few. Dan mungkin memang sebaiknya kita punya lebih dari satu. Because then, if one life fails, we still have the other. (p. 316)
But sometimes we just can’t have it all, right? (p.312)
Sometimes in life, we realize things much too late. (p.308)
              



4 from 5 stars. :)

2 komentar: