believe

20.12 nia 0 Comments


Nama unik dari author cantik yang juga sudah menelurkan dua novel yang cantik. :)
I firstly fell in love with her name and her first published novel’s paperback synopsis. Saya jatuh hati pada William Hakim dan laku pertemanannya dengan Karla.  Bahwa ada afeksi tersamar di balik tiap gestur dan ketidakpedulian yang Will perlihatkan. Maybe it was in the way bestfriend to something more stuff that i love about at her first novel. You know, i had a thing with that theme. Hehe.

Then, couple weeks ago, Morra kembali dengan novel keduanya. Kali ini bertitel Believe. Masih dengan tema cinta. Masih dengan kedalaman yang terbias di tiap kalimatnya.
Bercerita tentang hubungan Langit dan Layla.

Tentang cinta mereka yang harus terhalang jarak untuk sementara waktu. Dan keraguan yang kerap datang atas ketahanan hubungan itu. Keraguan yang beralasan melihat sejarah masa lalu dan ketiadaan restu. Tentang perjuangan Layla mendapatkan 40 amin demi cintanya pada Langit.

Masih dengan bahasa dalam yang sama.Dan gaya bercerita yang bikin saya anteng membaca, Morra membuai saya dengan romansa sendu yang kerap menyayat hati. Ada rasa yang palpable di tiap baris kalimatnya. Aneh, bikin saya ikut merasakan perjuangan Layla.

Though, ada yang bikin saya sedikit terganggu saat membaca ini. Iya, tentang relationship yang terjalin antara laki-laki dan perempuan dalam komunitas islam yang kuat. Sepengetahuan saya yang terbatas ini, gestur terbuka seperti itu jarang diperlihatkan. But who knows ya, mungkin kalau fiksi adalah sekelumit rajutan dari realita, Penggalan gambaran hubungan itu mungkin memang ada.

Overall saya menyukai novel ini. Though, saya lebih suka pada Forgiven. Karena dalam Forgiven, saya mampu menyelami progress hubungan Karla dan Will. Sekali lagi, i always had a thing with bestfriend turn into love stuff. Hehe.

So, i think i’ll rate this novel 3.5 of five. Untuk ilustrasi cantik yang menghiasi halaman awal tiap bab. Untuk rasa yang terpalpasi dalam kalimat-kalimat Langit dan Layla. Untuk bahasa yang walaupun nggak ngepop sama sekali tapi nggak membosankan untuk dibaca, malah justru indah. Oh, dan untuk tanda tangan dari author cantik yang bisa saya banggakan tiap membuka cover novel ini. Thanks for telling me to believe. So, i will, Kak Morra.

Here is my favorite lines in the novel :

“I know. And you know what...,” bisiknya kemudian, “I think this is a good rain.”
“What defines a good rain?”
Jawabnya, “It is good when it rains and i’m with you.”

0 komentar:

divortiare

04.14 nia 2 Comments



This is the first book that i successfully finished reading in the beginning of 2012. Which means, saya berhasil menyelesaikan satu dari target 50 bacaan dalam Reading Challenge 2012.

Ini novel kedua Ika Natassa yang saya baca setelah Antologi Rasa. walaupun novel ini sebenernya nongol lebih dulu, sih. I picked this book karena most reviews showed that this book was good.

Lagipula saya udah tahu kapasitas Ika Natassa sebagai penulis yang oke di Antologi Rasa. But my expectation nggak jauh dari novel itu. And in my opinion Antologi Rasa was beyond good, so this one juga lah kayaknya. Hee.. that was my assumption before i begin to read Divortiare.

Here’s the paperback synopsis :
Commitment is a funny thing you know? It,s almost like getting a tattoo. You think and you think and you think before you get one. And once you get one it sticks to you hard and deep.
“Jadi lebih milih punya Furla baru daripada ngilangin nama mantan laki lo dari dada lo?”
Pernah nonton Red Dragon? Aku masih ingat satu adegan saat Hannibal Lecter yang diperankan Anthony Hopkins melihat luka peluru di dada detektif Will Graham (Edward Norton), dan berkata “Our scar has a way to remind us that the past is real.”
Tapi kemudian mungkin kita tiba di satu titik ketika yang ada hanya kepedihan luar biasa ketika melihat tato itu, and all you wanna do is get rid of it. So then you did.
Alexandra, 27 tahun, workaholic banker penikmat hidup yang harusnya punya masa depan cerah. Harusnya. Sampai ia bercerai dan merasa dirinya damaged good. Percaya bahwa kita hanya bisa disakiti oleh orang yang kita cintai, jadi membenci selalu jadi pilihan yang benar.
Little did she know that fate has a way of changing just when she doesn’t want it to.
And i love this book. Not that saya kebawa-bawa itu novel Ika Natassa jadi everything that she wrote saya cap dengan kata love. Saya beneran suka banget sama novel ini. And i think this one is a way better than Antologi Rasa.

I’m gonna put this one on my favorite readings list.

Bukan karena karakter utama dalam novel ini adalah seseorang dengan embel-embel bedah di belakang namanya. Which reminds me a little –a lot, ding, sama seseorang yang sedang mengejar titel yang sama. Ehem. Really, itu salah satunya hehe.. tapi bukan itu.

I love this one karena saat membaca dan kita ditempatkan dalam sudut pandang Alex, si banker divorcee, saya tenggelam dalam kegalauan dia, kadang naifnya dia, begonya dia, kesalnya dia, no clue-nya dia soal perasaan dia. Itu asyik saat kamu baca buku sambil ngebayangin you’re the one that tells all those stories. That said all those lines. Walaupun cuma berasanya doang. But that feeling’s nice.

Yang paling saya suka karena di beberapa bagian, novel ini got me thinking about everything. Ada deretan quotes yang ngena banget. You know jenis kata-kata yang sebenernya kita nyadar ada di pikiran kita tapi baru nendangnya saat terpampang dalam lembaran-lembaran kisah yang kita baca. It’s like having ‘momen penyadaran’, like heyy there’s someone out there having those feelings too.
glance these ones :
Selalu ada lebih dari satu kehidupan yang bisa kita miliki sampai kita menutup mata untuk selamanya. Kehidupan keluarga, kehidupan karier, kehidupan cinta, kehidupan persahabatan, to name a few. Dan mungkin memang sebaiknya kita punya lebih dari satu. Because then, if one life fails, we still have the other. (p. 316)
But sometimes we just can’t have it all, right? (p.312)
Sometimes in life, we realize things much too late. (p.308)
              



4 from 5 stars. :)

2 komentar: