HeartSick
taken from grasindo.id |
HeartSick: Keping Hati yang Membeku
Ken Ariestyani & Pia Devina
Grasindo, 2015
Quickie.
Tiga sahabat—Dirga, Raina dan Irvi; memiliki keistimewaan
tersendiri di hati pemilik kedai KopiKita, Om Ben. Selain mereka bertiga adalah
pelanggan tetap KopiKita, kedekatan mereka bertiga mengingatkan Om Ben akan kehangatan
‘rumah’. Karena itulah saat ketiganya dirundung masalah ‘hati’ karena persoalan
pelik cinta masing-masing—Dirga dengan bayangan mantan kekasih yang meninggalkannya
menikah dengan lelaki lain, Irvi dengan pacar sempurna yang tak yakin ia cintai
dan Raina yang ditinggalkan pacar tanpa alasan; Om Ben akhirnya turun tangan
membawa mereka pergi sejenak ke kampungnya di Belitung untuk mengistirahatkan
benak dan memberinya ruang tenang untuk mengambil sisi cerah dari
masalah-masalah.
The Taste.
Disappointed.
Really.
I guess it was my
fault to be a mostly visual person and fell into this gorgeousness of its front
cover. And a silent pray for it to be a bestfriend-to-lover trope. Definitely
my fault.
But.. the premise was
good, really.. Finding light from a dark phase of love life whatsoever is
always nice. But why couldn’t it work with this one?
Apalagi ini dikerjakan berdua oleh dua nama yang punya track record kepenulisan yang tidak bisa
dibilang baru.
Entah apa yang salah.
I can’t even relate to
any of the characters. IMO, this novel failed to make me believe that the trio’s
bond is that deep. Tho if i may choose, i would pick Irvi as my favorite among
the trio for her dedication at work and damned the girl knew what she did at
work to make her looked awesome.
Bisa jadi juga karena dua penulis ini gagal membuat koneksi
yang smooth antar karakter, di beberapa bab, antar kalimat; di hampir semua sisi yang
sebenarnya bisa membuat novel ini jadi sangat menarik.
Sedihnya malah membuat kalimat-kalimat—yang meski diksinya
di beberapa bagian cukup ‘nyastra’—yang ditampilkan jadi berkesan dangkal dan
amatir. Seperti karya pertama dari seorang pemula.
Alur maju mundur yang choppy.
Background cerita dari karakter yang
ngga bisa dibangun sempurna sehingga kesan tentang mereka seperti lewat sambil
lalu.
Bahkan deskripsi tentang kecantikan tempat-tempat destinasi
dalam novel ini tidak bisa mendongkrak nilai tambah.
I admit i’m not bit a
really good writer, but i think i read enough pieces to sort whether a book is
enjoyable enough.And to cringe the whole ride is enough to give this novel 1.5
points out of 5, mostly for its gorgeous cover once again. Sorry, not sorry.
Meski semuanya
kembali juga ke masalah selera pada akhirnya.