hunger games
Dorongan kuat untuk membaca novel ini sebenarnya datang dari cuplikan teaser film layar lebar dengan judul sama yang tak sengaja saya tonton di bioskop. I almost forgot this novel actually, tapi melihat teaser filmnya yang terlihat seru bikin saya mikir, ‘hey, nggak rugi baca novelnya dulu kali, ya, apalagi filmnya baru tayang maret..’. cuplikan teaser itu saya lihat aw
al februari.
And i bought and read the novel. And it took forever to finish it.
Di tengah gempita komentar betapa serunya novel satu ini di berbagai grup pembaca, unfortunately, setelah membaca ini i feel that flatness. (sorry kalau kata itu nggak eksis) mungkin karena saya membaca versi terjemahan bahasa indonesia kali, ya, jadi tidak merasakan ‘feel’nya kalau kata orang mah. Bukan bermaksud mengecilkan kerja keras penterjemah dan editor alih bahasa novel ini karena memang nggak ada masalah dengan isi dan bahasa terjemahan yang saya baca tapi really novel ini bikin saya sakit perut gemas.
Terpusat pada seorang Katniss, seorang anak dari distrik 12, dan Peeta, juga distrik yang sama, yang mengikuti sebuah survival games bernama Hunger Games. Jadi alkisah, wilayah Amerika utara sudah lama nggak eksis dan terganti jadi 13 distrik yang terpisah. Dengan Capitol yang memegang tampuk pemerintahan. Semua distrik tunduk sama si Capitol ini. Kecuali distrik 13, yang akhirnya dihancurkan dan penduduknya sebagian besar tewas di tangan Capitol, sebagian lagi disebar hidup di 12 distrik yang lain. Singkatnya si distrik 13 ini lenyap, begitu.
Untuk mencegah ada distrik yang bertingkah seperti distrik 13, si Capitol ini mencetuskan sebuah games yang bernama Hunger Games. Dimana 24 remaja, 2 dari masing-masing distrik, seorang laki-laki dan perempuan—akan dikirim untuk mengikuti games ini. Peraturan games ini mudah, siapa yang survive hingga akhir permainan dialah yang menang. Dan untuk bisa survive, sang pemenang mau tidak mau harus membunuh yang lain. Catet, ya, membunuh, atau dia nanti yang terbunuh. Remaja, dari usia 12 sampai 19 tahun, harus bertahan hidup di tengah medan yang asing dan saling membunuh.
Sebenarnya pada saat pemilihan peserta, si Katniss ini nggak terpilih. Nama yang terambil itu sebenarnya nama Prim, si adik, yang baru berusia 12 tahun. Karena nggak rela adik sekecil itu harus ikut games mematikan, Katniss mengajukan diri untuk menggantikan. Rekan laki-laki dari sesama distrik yang terpilih adalah Peeta (weird name for a boy’s name, no offense), anak tukang roti di distrik 12, yang sebenarnya naksir Katniss sejak lama. Betul, ini benih-benih bumbu cinta di novel Hunger Games, yay! (dengan nada datar)
Ini novel dengan ide yang segar sebenarnya, lepas dari banyak banget novel bergenre fantasi non-manusia (vampire and werewolf thingy) yang sedang banyak beredar sekarang. Plotnya mengalir full action and strategy. Ya iyalah, untuk survival games seperti ini, kalau kamu nggak cerdik, you wouldn’t survive for life.
Dengan bumbu romansa antara Peeta dan Katniss yang lumayan bikin novel ini rada manis, sebenarnya nggak heran juga banyak orang jatuh hati pada novel ini. But the idea of 12-year-old incidentally killed or be killed, that the one thing which makes my stomache aching.
Yap, that was Rue. Bocah sekecil itu, yang usianya setara sama adik Katniss, Prim, yang malangnya harus ikut serta dalam Hunger Games. Nggak kebayang emak-bapak si Rue ini gimana sintingnya waktu akhirnya nama Rue terambil dan finally she stabbed to death by one of the contestants. For God’s sake, bocah seumur itu kan baru pada lulus SD.. ckckck.
So, lepas dari plot dan premis yang menawan, saya terpaksa harus bilang this novel was just ok.
Though, penilaian ini nggak mengurangi keinginan saya buat nonton filmnya, hehe. Juga mempertimbangkan untuk membaca lanjutan dari Hunger Games, Catching Fire. Semoga sekuelnya nggak membuat saya mengalami flatness lagi. :)
Two of Five.
0 komentar: