rumah cokelat
Buat yang kangen sama tulisannya Sitta Karina, seperti saya,
pasti sudah menunggu sekali novel ini diterbitkan. I have been in love with her stories, the hanafiahs especially, dan
sudah baca hampir seluruh novelnya. She’s
awesome.
That’s why saat mendengar novel ini jadi best seller, saya
nggak heran. But, saat itu dideklarasikan, saya belum sempat baca. Saya baru
membaca novel ini beberapa hari yang lalu. And i read this in one shot.
Maksudnya, dalam sekali lahap, novel ini sudah tamat, begitu.
Karena memang ini novel ringan. Dengan tema keluarga yang
simpel namun mengcover kompleksitas peran ibu bekerja dalam sebuah rumah
tangga.
Tentang isu-isu yang umum dalam sebuah keluarga urban
seorang Hannah dan Wigra. Masalah pengasuh anak, metode pengasuhan anak,
pembagian waktu antara bekerja dan being a mom issue, dan si anak, Razsya, yang
beberapa kali membuat statement lebih betah dengan si pengasuh dibanding
Hannah, ibunya. Insecurities dalam keluarga muda di tengah lingkungan urban
yang kadang menyesakkan.
Iya, khas Sitta Karina, dengan tokoh-tokoh berkarakter yang
kadang bikin kita wondering, ada
nggak sih sosok seperti itu dalam kehidupan nyata. Wigra yang bijak luar biasa,
dan bikin lumer hati pembaca. Oh, my.
But, this one isn’t my favorite. Ada scene-scene yang jumpy
yang bikin ‘nah lho’ moment di tengah cerita. Seolah-olah cerita ini dipaksa
untuk compact, padahal masih perlu elaborasi cerita, yang mungkin bikin novel
ini makin kaya.
Overall, 2.5 out of 5 deh..
pic from goodreads
0 komentar: